Drum Band "AL-FATA"

Salah satu kegiatan ekstrakurikuler MI Hidayatul Mubtadiin, Untuk Menambah Semangat Belajar Siswa Dalam Berkarya dan Berkreatifitas

Bermain Sambil Belajar

Berfoto bersama setelah melaksakan ujian akhir semester I

Office

Kantor Pusat MI Hidayatul Mubtadiin RT/RW.22/11 Ds.Sukorejo Kec.Gandusari

Karnaval

Partisipasi Siswa-siswi MI Hidayatul Mubtadiin Sukorejo, Dalam Rangka Memperingati HUT RI ke-66

Wisuda Purnawiyata

Berpose bersama usai digelar acara Wisuda Purnawiyata Siswa-Siswi MI Hidayatul Mubtadiin Sukorejo Tahun Ajaran 2010/2011

Wisuda Purnawiyata

Halaman Sekolahku . . .

Sabtu, 28 April 2012

Cerita Kyai Semar dan Jaman Edan?

Amenangi jaman edan, ewuh oyo ing pambudi, melu edan nora tahan, yen tan melu anglakoni boja keduman melik, kaliren wekasanipun, ndilalah karsa Allah, begjo begjane kang lali, luwih begjo kang eling lawan waspodo.

Hidup dijaman edan, begitu susahnya, ikut edan tidak tahan, jikalau tidak ikut tidak kebagian akhirnya bisa kelaparan, sudah kehendak Allah, betapa senangnya hidup menyimpang, lebih bahagia hidup dengan kesadaran dan kewaspadaan.
 
Apa ini namanya jaman sudah edan?. Dewa-dewa sudah tak bermoral, orang-orang baik menjadi manusia bodoh, hukum berbalik, yang kerja keras tetap menderita, yang tak banyak bekerja justru berfoya-foya, yang jujur selalu salah, yang tak jujur selalu benar, kejujuran adalah kebohongan, kebohongan adalah kejujuran.


Dari tidak ada menjadi ada, tetapi dari yang ada semakin tidak ada, yang kuning menjadi biru, yang biru menjadi kuning. Dewasa ini absurditas masih realitas, bahwa kriminal adalah pahlawan bangsa, sedangkan pahlawan sejati dijadikan kriminal.

Para dewa sudah kehilangan akal sehat, hati nurani dan budi pekerti tidak lagi menaungkan diri pada nilai-nilai kebajikan (virtues).

Itulah sekelumit gambaran kenyataan tata kehidupan yang sedang dialami di negeri Kahyangan yang dipimpin oleh Batara Guru.


Melihat kondisi negeri yang sudah carut marut ini, Kyai Semar Bodronoyo terpanggil hati nuraninya untuk menyudahi krisis di negeri Kahyangan ini.

Semar ingin menegakkan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan. Sudah menjadi tekad bulat dan akan mengerahkan segenap kekuatan lahir batinnya. Semar dengan mata batinnya melihat bahwa saat itu Batara Guru terlalu kuat dan mendominasi kahyangan Jonggring Saloka. Peran panggung semuanya telah dikuasai, mulai dari sistem hingga lighting kehidupan telah direnggut dan dikangkangi. Sistem inilah yang membuat para dewata lain tidak berkutik, bahkan cenderung “yes man”, bahkan kecut dan penakut. Semua dewata takut kehilangan kekuasaannya, posisi dan perannya takut luntur dan ludes jika harus beroposisi. Sisi lain muncul pula penyalah gunaan wewenang, serta merta hal itu terjadi karena struktur politik kahyangan terkondis otoriter, apalagi penyalah gunaan wewenang oleh ketua ikatan wanita dewata yakni Dewi Durga yang notabene permaisuri Batara Guru.

Akhirnya kayangan menjadi inharmoni, ketika betari Durga berkolaborasi dengan Wadyabala jin priprayangan. Onar pasti terjadi.

Tampaknya para kesatriya berbudi luhur yang suka akan kedamaian tak berdaya menghadapi kesaktian sang Betari. Mereka taku dan ciut nyali, karena kalah perbawa dan kalah subasita, apalagi Betari Durga itu termasuk jajaran elite.

Para satriya berikhtiar dan merenung diri seraya menerawang pikir, kira-kira modal apakah yang mampu digunakan untuk mengimbangi kekuatan betari Durga, jika ada yang dapat digunakan untuk menggulingkan angkara murka Dewi Durga.

Akhirnya sebuah imbangan hadir, muncullah sang Pramono Agung, dialah Kyai Lurah Semar Bodronoyo.
Semar akhirnya menjadi imbangan, tidak hanya kesaktian, namun dahsyatnya nurani yang tak tersentuh jiwa iri dengki dapat melumat dan melipat-lipat keangkaraan yang di putar oleh Betari Durga.
Inilah ringkasan salah satu cerita Semar Gugat, yang merupakan simpulan filosofis bahwa kawula alit itu memberikan koreksi pada para dewata yang telah terkikis nuraninya.  Semoga menjadi bahan renungan kita semua.

Makna Religi Tembang Lir-ilir

Tembang lir-ilir dalam riwayat raden sahid atau lebuh dikenal dengan nama Sunan Kalijogo diciptakan oleh Sunan Ampel atau Raden Rahmat, Sunan Kalijogo adalah salah satu wali dari sembilan wali penyebar agama islam di tanah Jawa.

Tembang lir-ilir adalah salah satu tembang yang populer dikalangan orang Jawa. Di dalam tembang ini terdapat makna religius yang disampaikan lewat syair-syairnya.

Lir-ilir, Lir-ilir, Tandure wis sumilir,
Tak Ijo royo-royo
Tak sengguh penganten anyar.
Cah angon, cah angon,
Penekno blimbing kuwi,
Lunyu-lunyu penekno,
Kanggo mbasuh dodot iro.
Dodot iro, dodot iro,
Kumitir bedah ing pinggir,
Dondomana jlumatana,
Kanggo seba mengko sore.
Mumpung jembar kalangane,
Mumpung padang rembulane,
Yo surako, surak hayo

Menurut G Surya Alam, dalam bukunya Wejangan Sunan Kalijaga, tembang ‘Ilir-Ilir’ tersebut mengandung nasehat atau wejangan untuk menjadi seorang Muslim yang baik.
Secara Global makna yang tersirat dalam syair-syair tembang tersebut adalah ajakan untuk menindakkan rukun Islam dan berbuat kebaikan.
Lir-ilir baris pertama dari tembang tersebut adalah merupakan ungkapan ajakan yang dalam bahasa jawa berarti terbangun setelah tidur (ngilir). Yang dimaksud tidur disini adalah orang-orang yang belum masuk Islam. Maka syair lir-ilir diulang-ulang agar mereka terbangun dan tersadar dan menuju kepemikiran yang lebih segar (Masuk Islam).
Tandure Wus Sumilir, benih-benih sudah mulai tumbuh. Yaitu benih-benih iman yang sudah mulai tumbuh dalam hati mereka maka rawatlah benih-benih itu agar bersemi dan tumbuh dengan baik, karena saat benih itu tumbuh dengan baik maka akan mengeluarkan buah yang baik pula. Misalnya apabila benih tersebut dirawat dengan baik dan disirami dengan air jernih ( Istighfar, sholawat, membaca Qur’an dll) maka niscaya tumbuhan tersebut akan tumbuh dengan baik .
Tak ijo royo-royo, mengndung arti bahwa tumbuhan itu tumbuh dengan subur. Tidak terkena hama atau penyakit lainya dan sejuk dipandang. Hendaknya seorang muslim mempunyai sifat perilaku sopan, suka menolong, dan menyenangkan bagi orang lain.
Tak sengguh penganten anyar, lalu bermakna, bahwa pribadi yang baik dan sikap yang sopan, akan disenangi banyak orang. Karena itu, dirinya bagaikan sepasang pengantin baru yang disambut gembira oleh khalayak.
Oleh karena itu, orang yang senantiasa memupuk imannya dengan sikap dan perilaku yang baik, serta menjalankan ajaran Islam dengan sempurna, niscaya dirinya akan hidup berbahagia, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Agar iman tetap baik, tidak berbuat maksiat, mencuri, berzina, dan mabok, serta tumbuhan tetap tumbuh subur sehingga senantiasa berkembang (tak ijo royo-royo), dijauhi dari hama dan penyakit, maka si pemiliknya harus senantiasa memelihara dan merawatnya. Tumbuhan harus disirami dengan air, tanahnya diberi pupuk agar tumbuh subur, dan diberi penghilang hama dan penyakit. Begitu pula dengan iman, ia harus senantiasa dijaga, dipelihara dan dirawat dengan baik dengan perbuatan-perbuatan mulia, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa, berzikir, sedekah, zakat, dan membantu orang yang membutuhkan.
Makna yang dapat dipetik dari tembang Ilir-Ilir pada bait pertama ini adalah, hendaknya setiap pribadi muslim itu bangkit dari ‘tidurnya’. Lalu mengerjakan amal-amal saleh, agar iman dan Islamnya tumbuh subur, sehingga dirinya disenangi orang banyak.
Selanjutnya, pada bait kedua dari tembang ‘Ilir-Ilir’ tersebut mengandung makna yang sangat dalam bagi setiap muslim, dalam membentuk jiwa yang kuat, pemberani, tanpa kenal lelah dan putus asa. Sehingga akan membentuk pribadi-pribadi yang sabar, pantang menyerah demi sebuah cita-cita yang mulia.
Kata Cah angon’ maknanya adalah wahai anak gembala. Disebutkan sebanyak dua kali, yaitu ‘cah angon, cah angon‘ menunjukkan adanya perintah yang harus dilaksanakan.
Apakah perintah yang dimaksud itu? ‘Penekno blimbing kuwi’, artinya panjatlah pohon belimbing itu. Karena kata tersebut menegaskan sebuah perintah, maka yang diperintah adalah seorang bawahan, yang kedudukannya lebih rendah dari yang memerintah. Makanya disebut kata ‘cah’ (nak, anak-anak). Kesannya adalah orang tua memerintahkan anaknya untuk memanjat pohon belimbing.
Kok pohon belimbing dan anak gembala? Maksudnya adalah, cah angon itu seorang anak gembala yang berarti manusia. Yang digembalakan adalah nafsunya dari hal-hal keduniawian. Sebab, nafsu itu bila tidak digembalakan (diarahkan) maka si gembala dapat terjerumus kedalam lubang yang berbahaya. Dirinya bisa melakukan perbuatan maksiat dengan bebas, karena tidak ada yang di-angon (gembalakan).
Lalu apa yang digembalakan? Itulah nafsunya tadi. Lunyu-lunyu penekno, kanggo mbasuh dodot iro. Kendati licin, tetap harus dipanjat, demi membersihkan ‘pakaian batin’ yang kotor. Maksudnya, walaupun perintah itu sulit dilalui, namun ia harus tetap melewati dengan melaksanakannya, demi sebuah cita-cita yang luhur dan mulia.
Mengapa pula Sunan Kalijaga memakai kata ‘Blimbing’ dalam tembangnya ini? Tentu maksudnya adalah rukun Islam harus ditegakkan. Buah belimbing memiliki lima sisi, yang masing-masing sisi itu dimaknai dengan syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji (bila mampu).


 Kelima rukun Islam ini harus dilaksanakan oleh setiap pribadi muslim agar dapat membentuk dirinya menjadi insan kamil, yaitu manusia yang sempurna. Menjalankan shalat bagi sebagian orang terasa agak sulit, namun demi sebuah cita-cita, maka hal itu harus terus dikerjakan.
Karena itu, seorang muslim sejati, harus mampu melaksanakan segala apa yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarang oleh agama. Tujuannya agar dirinya menjadi manusia-manusia yang berbudi, berakhlak mulia, disayang orang banyak, dengan sifat-sifatnya yang suka menolong orang lain tanpa kenal pamrih.
Berbagai ujian dan cobaan selalu dihadapinya dengan kesabaran, kepasrahan, dan tawakkal kepada Allah. Dan dia akan senantiasa melalui ujian itu dengan lapang dada, kendati terasa berat, sebab banyak godaannya. Namun, Allah menjelaskan, Dia tidak akan menguji atau membebankan suatu perintah kepada hambanya diluar batas kemampuan yang dimiliki oleh hamba tersebut.
”Laa yukallifullahu nafsan Illa wus’aha,” Allah tidak membenani seseorang itu, kecuali sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. (QS Al-Baqarah : 286). (syahruddin el-fikri)
*****
Persiapkan Bekal Akhirat

”Dodot iro, dodot iro,
Kumitir bedah ing pinggir,
Dondomana Jlumatana,
Kanggo seba mengko sore.

Maksud dari syair ini adalah setiap muslim hendaknya melakukan taubat yang sesungguhnya, mau memperbaiki kesalahannya sebagai bekal kehidupan di akhirat kelak.
Dalam bahasa Jawa, Dodot adalah ”ageman’ (pakaian) dalam menggambarkan agama atau kepercayaan yang dianut. Sedangkan kata Kimitir bedah ing pinggir’ artinya banyaknya robekan-robekan pada bagian tepi pakaian itu, hendaknya segera dijahit. Sebab, pakaian yang cacat dan rusak itu tentunya tidak pantas lagi untuk dipakai. Agar pantas digunakan lagi, maka perbaikilah.
Itulah makna dari Dondomana Jlumatana artinya, jahirlah bagian yang robek itu. Begitulah halnya dengan kepercayaan kita yang telah rusak, hendaknya kita bertobat dan mau memperbaiki kesalahan tersebut serta tidak mengulanginya lagi. Itulah yang dinamakan dengan taubat nasuha (taubat yang sesungguhnya).
Dengan demikian, segala perbuatan yang sudah kita perbaiki tujuannya adalah sebagai bekal kita di kehidupan akhirat kelak. Disinilah makna dari Kanggo seba mengko sore. Perjalanan manusia selama di dunia ini hanyalah sebagai persinggahan sementara. Awalnya dia berangkat, kemudian kembali. Pagi dia kerja, sore sudah kembali.
Jadi, perbuatan yang baik seperti shalat, zakat, puasa, haji, sedekah dan lain sebagainya itu, tujuannya adalah sebagai bekal umat Islam untuk di kehidupan akhirat.
Mumpung Padang Rembulane,
Mumpung Jembar kalangane.
Selagi masih ada waktu, bersegeralah memperbaiki diri. Mumpung terang sinar rembulannya, dan mumpung luas waktunya. Sebab, bila sudah malam hari tanpa sinar rembulan, maka orang tak akan dapat melihat apa-apa. Ini dimaksudkan, di saat gelap orang akan sulit membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Acapkali yang baik dijelekkan, dan yang jelek dibagus-baguskan.
Artinya, selagi masih muda, selagi sinar rembulan masih memancar, segeralah berbuat kebaikan, dan melaksanakan kewajiban yang telah diperintahkan. Waktu yang ada, jangan disia-siakan tanpa guna dan berlalu begitu saja tanpa hasil.
Bila semua itu bisa dilaksanakan dengan baik dan sempurna, maka bergembiralah. Yo surak o, sorak hayo. Sebab, segala kewajiban yang dilaksanakan dengan baik dan sempurna, maka kehidupan di akhirat nanti akan mendapatkan balasan yang baik pula. Karena itu, berbahagialah mereka yang mampu melaksanakan segala kewajiban dengan baik, tanpa cacat sedikit.
Demikianlah kiranya, makna terdalam dari tembang syair ‘Ilir-Ilir’ yang disyiarkan oleh Sunan Kalijaga sebagai pedoman bagi setiap muslim untuk mencapai kehidupan akhirat yang lebih baik. Wa Allahu A’lamu.
 

Selasa, 06 Maret 2012

Kata Kata Mutiara

Kumpulan kata-kata mutiara islami yang saya kumpulkan dari berbagai sumber, semoga dapat menjadi insfirasi dan motivasi juga dapat menambah pembendaharaan kosa kata kita semua, khususnya buat saya pribadi mudah2an dapat menjadi penyejuk hati yang kekeringan akan sebuah ilmu.

  • Perbanyaklah kamu mengingat mati, karena hal itu bisa membersihkan dosa dan menyebabkan kamu zuhud atau tidak cinta kepada dunia.(Rasulullah)
  • Keluarlah dari dirimu dan serahkanlah semuanya pada Allah, lalu penuhi hatimu dengan Allah. Patuhilah kepada perintahNya, dan larikanlah dirimu dari laranganNya, supaya nafsu badaniahmu tidak memasuki hatimu, setelah itu keluar, untuk membuang  nafsu-nafsu badaniah dari hatimu, kamu harus berjuang dan jangan menyerah kepadanya dalam keadaan bgaimanapun juga dan dalam tempo kapanpun juga.(Syekh Abdul Qodir al-Jaelani)
  • Berteman dengan orang bodoh yang tidak mengikuti ajakan hawa nafsunya adalah lebih baik bagi kalian, daripada berteman dengan orang alim tapi selalu suka terhadap hawa nafsunya.(Ibnu Attailllah as Sakandari)
  • Orang yang suka berkata jujur akan mendapatkan 3 hal, yaitu : KEPERCAYAN, CINTA dan RASA HORMAT (Sayidina Ali bin Abi Thalib)
  • Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak. (Sayidina Ali bin Abi Thalib)
  • Kejahatan yang dibalas dengan kejahatan pula adalah sebuah akhlaq ular, dan kalau kebajikan dibalas dengan kejahatan itulah akhlaq buaya, lalu bila kebajikan dibalas dengan kebajkan adalah akhlaq anjing, tetapi kalau kejahatan dibalas dengan kebajikan itulah akhlaq manusia.(Nasirin)
  • Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) sedangkan harta terhukum. Kalau harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan, tetapi ilmu akan bertambah apabila dibelanjakan.(Sayidina Ali bin Abi Thalib)
  • Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah. (Ibnu Mas’ud)

  • Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat inilah saksimu adalah juga hakimmu. (Ali bin Abi Thalib)
  • Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku.(Umar bin Khattab)
  • Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk. (Imam An Nawawi)
  • Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar. (Umar bin Kattab)
  • Dia yang menciptakan mata nyamuk adalah Dzat yang menciptakan matahari.(Bediuzzaman Said Nursi)

  • Penderitaan jiwa mengarahkan keburukan. Putus asa adalah sumber kesesatan; dan kegelapan hati, pangkal penderitaan jiwa.(Bediuzzaman Said Nursi)
  • Kebersamaan dalam suatu masyarakat menghasilkan ketenangan dalam segala kegiatan masyarakat itu, sedangkan saling bermusuhan menyebabkan seluruh kegiatan itu mandeg.(Bediuzzaman Said Nursi)
  • Menghidupkan kembali agama berarti menghidupkan suatu bangsa. Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan.(Bediuzzaman Said Nur)
  • Orang yang terkaya adalah orang yang menerima pembagian (taqdir) dari Allah dengan senang hati.(Ali bin Husein)
  • Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki pikiran yang baik. Dan seseoran yang memiliki pikiran yang baik mendapatkan kenikmatan dari hidup.(Bediuzzaman Said Nur)
  • Pangkal dai semua kebaikan di dunia maupun di akhirat adalah taqwa kepada Allah.(Abu Sualeman Addarani)

  • Barang siapa tidak dicoba dengan bencana atau kesusahan, maka tidak ada sebuah kebahagiaan pun disisi Allah.(Adh-Dhahhak)

Minggu, 04 Maret 2012

Puisi Karya Siswa


 
GURUKU





Engakaulah yang memberiku ilmu
Saat aku belum bias membaca
Engkaulah gudang ilmu
Yang memberi kecerdasan
Dan memberi kepandaian




Oh, Guruku . . . . .
Engkaulah yang memberiku nasihat
Jika aku salah
Dan engkaulah yang mengingatkanku
Jika aku melangkah salah
Kaulah yang selalu memberitahuku


Terima kasih, Guruku . . .  .

                                     by. Riezky_ 


 

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More